Kamis, 10 Agustus 2023

Menyongsong Kemerdekaan dengan Spirit Al-Qur’an

 


Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia. Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu di Gua Hira berupa turunnya Surat Al-’Alaq ayat 1-5. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW berumur 40 tahun. Peristiwa ini disebut juga dengan Nuzulul Qur’an yang bertepatan dengan 17 Ramadhan tahun 610 M. 


Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dalam bentuk ayat-ayat yang kemudian dicatat oleh para sahabat dan dihafalkan. Ayat-ayat Al-Qur’an ini dicatat menggunakan beberapa media, seperti pelepah kurma, daun lontar, kulit binatang, batu, kayu dan lainnya. Ayat-ayat Al-Qur’an ini kemudian mulai dibukukan pada masa kekhalifahan sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq atas usulan sahabat Umar bin Khattab. Al-Qur’an yang kita temui saat ini merupakan hasil dari proses pembukuan dan standarisasi tersebut serta masih terjaga kemurniannya sampai sekarang. 


Salah satu fungsi diturunkannya Al-Quran adalah sebagai pedoman hidup umat manusia khususnya umat muslim sebagaimana dalam Firman Allah SWT:


 وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ


"(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (QS. Al-Jasiyah:20)


Peranan Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan itu sangatlah penting. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an ini sebagai kitab suci bagi umat islam. Al-Qur’an mengatur segala urusan termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara tersirat Allah SWT berfirman:



…  ۚ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا


“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal..” (QS. Al-Hujurat:13)


Al-Qur’an dan Kemerdekaan.


Kemerdekaan menurut KBBI merupakan keadaan yang berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi dan sebagainya). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia  mengalami kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebelumnya, Indonesia masih dalam kondisi terjajah oleh negara lain seperti Inggris, Jepang, Belanda, dan lainnya. Penjajahan yang mereka lakukan hampir meliputi segala aspek kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya, politik, serta sebagainya. 


Dalam Kitab At-Tahrir wat Tanwir karya Syekh Tahir Ibn ‘Asyur menjelaskan istilah kemerdekaan/kebebasan (Al-Hurriyah). Secara terminologi Arab, Al-Hurriyah menunjuk pada dua makna, yaitu kebebasan sebagai lawan kata dari kebudakan (kehambaan) dan kemampuan seseorang untuk melakukan keinginannya dan segala urusannya tanpa adanya penghalang dari pihak lain. Kedatangan agama Islam pada bangsa Arab yakni ketika masyarakat Arab masih berada pada zaman jahiliyah. 


Maksud dari makna pertama kata Al-Hurriyah tersebut adalah kebebasan yang mengarah pada fisik. Ibn ‘Asyur menegaskan bahwa keberadaan manusia yang lahir dalam kondisi merdeka itu adalah sesuatu yang bersifat fitrah. Pendapat beliau berdasarkan pada pernyataan Umar bin Khattab yang berkata “Atas dasar apa kalian memperbudak manusia itu, padahal ibunya telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka”. 


Adapun penggunaan makna kedua dari istilah Al-Hurriyah mengarah kepada kebebasan non-fisik, yakni mencakup prinsip-prinsip hidup manusia yang berhubungan dengan keyakinan, ucapan, dan perbuatan. 


Makna Kemerdekaan


Di dalam Al-Qur’an tidak menjelaskan secara langsung makna dari kemerdekaan. Namun secara tersirat terdapat beberapa ayat yang menjelaskan kisah penggambaran tentang makna kemerdekaan sebagai berikut:


Pertama, kisah perjalanan spiritual Nabi Ibrahim alaihissalam dalam mencari Tuhan (QS. Al-An’am ayat 76-79). Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya yang menyembah berhala.


Kedua, makna kemerdekaan pada kisah Nabi Musa alaihissam ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Fir’aun (QS. Al-Baqarah: 49, Al-A’raf: 127, dan Ibrahim: 6). Fir’aun dikenal sebagai raja yang kejam, ditakuti, dan zalim terhadap Bani Israil. Kemudian Nabi Musa diutus Allah SWT untuk menghentikan kekejaman Fir’aun dan membebaskan bangsanya dari penindasan sehingga dapat meraih kemerdekaan.



Ketiga, makna kemerdekaan dari kisah keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi kenabian di muka bumi (QS. Al-Maidah: 3). Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah yang mengalami tiga penjajahan sekaligus yaitu disorientasi hidup (QS Luqman: 13), penindasan ekonomi (QS Al-Humazah: 1-4), dan kezaliman sosial (QS Al-Hujurat: 13).


Pada saat haji wada, Rasulullah SAW juga menyampaikan pesan kemerdekaan dalam khutbahnya, yang berbunyi:


أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا …


“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini…” (HR Bukhari).


Pesan Rasulullah SAW menjadi landasan penguat atas penjabaran Ibnu ‘Asyur terkait kemerdekaan bahwa merdeka adalah bebas dari tekanan pihak lain, sehingga terjamin keamanan dan ketenteraman bagi diri maupun harta (Shafira Amalia, ed: Nashih).



Zaman Jahiliyah merupakan zaman kebodohan penduduk makkah dalam hal keimanan dan ketidaktauan akan petunjuk Ilahi. Bentuk-bentuk kebodohannya meliputi menyembah berhala, maraknya kebiasaan merampok, berzina, minum khamr, dan berjudi. Selain itu, mereka juga mempunyai tradisi mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang lahir pada masa tersebut. Agama Islam memandang bawa zaman jahiliyah merupakan zaman kegelapan penuh kebodohan yang tidak memiliki petunjuk hidup yang benar. 


Sumber:https://pa-kualapembuang.go.id/berita/arsip-berita-pengadilan/1179-nuzulul-qur-an-dan-sejarah-pembukuan-al-qur-an


Sumber:https://mui.or.id/bimbingan-syariah/aqidah-islamiyah/37386/hakikat-dan-makna-kemerdekaan-dalam-alquran-sebuah-reflek


Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5879137/6-tujuan-diturunkannya-al-quran-terkandung-dalam-ayat-ayatnya.


Penulis : Dina Annisa

Editor   : Putri Ambarwati


0 comments:

Posting Komentar

 

© 2015 - Distributed By Free Blogger Templates | Lyrics | Songs.pk | Download Ringtones | HD Wallpapers For Mobile